PRINCES INSURANCE WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Manfaat Asuransi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Rohani Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES INDONESIA

Informasi Ekonomi, Politik dan Terpanas diwilayah Indonesia Yang Selalu Menjadi Bahan Diskusi Antar Pemuda Generasi Bangsa ***

Translate this page to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Tidur di Pengimaman Dipindahkan Jin ke Kolam

Imaduddin, seorang yang pernah nyantri di sebuah pondok pesantren salafiyah di Jawa Timur, menuturkan kisahnya kepada saya. Berikut saya ringkaskan untuk para sahabat:

Tidur di Pengimaman Dipindahkan Jin ke Kolam
Peristiwanya terjadi di tahun 2015 silam. Waktu itu saya sedang dalam perjalanan dan kebetulan kehabisan ongkos. Ya, namanya saja santri. Kondisi keungannya memang selalu saja cekak.

Karena kemalaman, saya dan dua orang teman sesama santri memutuskan untuk nginap di sebuah musholla kecil yang ada di sebuah desa yang terletak di jalan antara Pasuran dan Surabaya.

Mulanya kami bertiga hanya tidur di teras musholla. Kira-kira pukul setengah dua dinihari, kami pindah ke dalam, soalnya di luar udara sangat dingin menggigit persendian. Salah seorang temanku, Idham namanya,  tidur di tempat pengimaman. Waktu itu, aku dan Ramli, teman yang santri yang satunya lagi, memang tidak begitu memperhatikannya, sebab mungkin karena kami mengantuk berat,  jadi tidak sempat lagi mengingatkan Idham agar jangan tidur di tempat pengimaman.

Walhasil, aku dan Ramli bangun pukul setengah lima pagi, dan kami tidak melihat Idham. Namun sekali lagi, kami masih belum sepenuhnya sadar bahwa Idham hilang. Baru sehabis sholat subuh, kami sadar kalau Idham tidak ada. Ah, kami pikir mungkin dia sedang mencari makanan untuk sekedar mengganjal perut.

Tapi celakanya, sampai pukul 6 pagi itu Idham tak juga muncul. Ketika itu kebetulan ada seorang ibu yang ingin memandikan anaknya di kamar mandi mushola tersebut. Ibu ini tiba-tiba menjerit histeris sambil menunjuk-nunjuk ke kamar mandi.

Aku dan Ramli kaget, sebab sejak berada di mushola itu kami memang tidak tahu ada kamar mandinya. Mendengar jeritan ibu itu, apalagi dia mengatakan ada mayat, kami pun bergegas menghampirinya. Astaga! Aku kaget bukan kepalang. Antara takut dan sulit percaya, kulihat tubuh Idham tergeletak di bak mandi, dengan kepalanya masih nongol di luar. Anehnya, meski posisinya seperti itu Idham masih tidur pulas. Bahkan, seolah-olah dia sama sekali tidak mendengar kegaduhan yang terjadi.

Setelah aku dan Ramli berusaha membangunkannya dengan menggoyang-goyang tubuhnya, Idham akhirnya bangun juga. Dengan santainya ia keluar dari bak mandi. Dia benar-benar seperti orang bingung dan sedikit bego.

Ketika aku ceritakan apa yang terjadi dengan dirinya, Idham pun mendadak ketakutan. Dia kemudian menceritakan kalau semalam setelah dirinya pindah tidur ke pengimaman, dia mimpi ada seorang tinggi besar melarangnya tidur di situ. Karena membandel, orang itu kemudian melemparkan tubuhnya.

“Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi. Cuma aku merasa dingin sekali, tapi sekujur tubuhku terasa kaku dan sakit,” cerita Idham. Mungkin, perasaan ini terjadi karena ia tidur di dalam bak mandi yang masih berisi sedikit air.

Menurut cerita salah seorang sesepuh di lingkungan musholla itu, dikatakan bahwa musholla itu termasuk bangunan tua yang ada penunggunya. Dia menyebutkan bahwa Idham kemungkinan besar  dipindahkan tidurnya oleh Jin Muslim yang ada di musholla itu karena dia tidur di tempat imam. Sang sesepuh pun mengaku sering merasa kalau tadarus malam-malam di musholla, kerap ada yang mengikuti bacaannya.

“Pernah suatu malam, saya sholat Isya, waktu itu sudah jam 11 malam. Ketika saya membaca Al-Fatihah, ada yang jawab amin di belakang saya. Padahal waktu itu saya sholat sendirian. Mungkin itu adalah bangsa jin yang ikut jadi makmum,” ceritanya pula.

Baca Juga : Tukeng Ojek Digampar Jin Dalam Masjid

Tukeng Ojek Digampar Jin Dalam Masjid

Banyak kisah mistis yang bercerita, sekaligus membuktikan, bahwa baik musholla maupun mesjid kerap menjadi tempat tinggal Jin Muslim. Kisah-kisah ini tentu saja tak bisa dianggap dongeng isapan jempol, apalagi hanya dianggap tahyul semata.
Tukeng Ojek

Makhluk jin memang lebih mengutamakan untuk tinggal di tempat-tempat yang sunyi dan sepi dari manusia, seperti di padang pasir atau belantara. Namun, ada juga di antara mereka yang senang tinggal bersama manusia, yaitu di dalam rumah. Abu Bakar bin Ubaid meriwayatkan sebuah hadits Rasulullah SAW, yang menyebutkan, “Pada setiap rumah kaum muslimin ada Jin Islam yang tinggal di atapnya, setiap kali makanan diletakkan, maka mereka turun dan makan bersama penghuni rumah itu.”

Jadi dengan demikian tidaklah mustahil jika ada komunitas jin yang senang tinggal di masjid atau musholla. Tentu saja, komunitas jin dimaksud berasal dari kalangan Jin Muslim. Keberadaan mereka di kedua tempat suci ini bukan semata menjadikannya sebagai tempat tinggal, namun sekaligus juga ingin menjaga kesuciannya.

Pengalaman mistis ini dialami oleh seorang pemuda yang berprofesi sebagai tukang ojek yang. Ia tinggal di sebuah kampung di suatu wilayah di Kecamatan Kasemen, Serang, Banten. Peristiwa nyeleneh tersebut terjadi beberapa waktu yang lalu.

Ahyadi, demikian namanya, memang hanya seorang pengojek, tapi penampilan serta kelakuannya tidak seperti teman-teman pengojek lainnya. Ia mempunyai kebiasaan yang sangat buruk, yaitu gemar berjudi, mabuk-mabukan, dan main perempuan. Meskipun tinggalnya dekat dengan mesjid, namum bisa dibilang ia sangat jarang menjalankan perintah Allah, yakni sembahyang lima waktu.

Suatu malam sepulang dari berjudi dan dalam keadaan setengah mabuk, Ahyadi sudah tidak kuat lagi melangkahkan kakinya untuk sampai ke rumah. Sesampainya di depan masjid jami’ yang menang terletak tidak jauh dari rumah orang tuanya, ia sudah tidak kuat lagi berjalan. Celakanya, dalam keadaan mabuk itu ia malah seenaknya masuk ke dalam mesjid, dan kemudian jatuh lunglai di lantai mesjid.

Karena dalam keadaan mabuk berat, tak lama kemudian ia tertidur dengan pulasnya. Dalam tidur inilah ia bermimpi didatangi oleh sosok makhluk tinggi besar dan hitam.

“Hai manusia, kau tidak pantas berada di sini, pergi kau dari sini!” bentak makhluk itu dalam mimpinya, seperti diceritakan Ahyadi kepada Penulis.

Ahyadi menggigil ketakutan. Namun, antara sadar dan tidak, ia sama sekali tidak bisa menggerakkan kakinya untuk pergi meninggalkan ruangan masjid. Melihat ini, sosok tinggi besar itu murka dan menggamparnya.

Plak…plak!  Ahyadi merasakan wajahnya ditempeleng oleh kekuatan yang sangat hebatm, hingga membuatnya menyeringai kesakitan. Namun ia tak mampu berteriak, sebab seketika itu mulutnya kaku.

Sambil memegangi wajah dan mulutnya, Ahyadi segera terjaga dari tidur dan langsung ngacir ke rumahnya. Dasar pemabuk, setelah masuk ke rumah, ia kembali meneruskan tidurnya tanpa memperdulikan wajahnya yang ia rasakan sakit.

Esok harinya, alangkah kagetnya Ahyadi saat ia melihat wajahnya dalam cermin. Pipi yang sebelah kanan membesar, bengkak seperti habis dipukuli. Mulutnya juga sedikit mencong. Menyadari keadaan dirinya, Ahyadi segera mencari orang pintar untuk mendeteksi keganjilan yang ia alami.

Menurut penuturan orang pintar yang ditemuinya, Ahyadi telah diberi pelajaran oleh Jin Muslim yang menjaga masjid itu. Masih menurut orang tua tadi, Jin Muslim penunggu masjid itu tidak senang tempat ibadah dikotori dan ditiduri oleh orang yang kotor seperti Ahyadi.

Alhamdulillah, bengkak wajah Ahyadi dalam dua pekan dapat berangsur pulih dan kembali normal seperti sedia kala setelah dirinya mendapatkan penanganan dari orang pintar. Hikmah dari kejadian aneh ini, sedikit demi sedikit Ahyadi berhasil mengubah kebiasaan buruknya. Pemuda berandalan ini sekarang sudah berubah menjadi pemua sholeh yang tak pernah tinggal sholat lima waktu

Baca Juga : 

Hantu Abraham Lincoln yang Gentayangan di Gedung Putih

Melewati beberapa generasi, para pengunjung dan pegawai Gedung Putih mengaku telah melihat hantu Abraham Lincoln. Bahkan, ada satu laman Wikipedia yang berkutat soal penampakan Abraham Lincoln.

Baru-baru ini seorang peneliti paranormal yakin ia memiliki bukti fotografis keberadaan arwah Abraham Lincoln di Gedung Putih.

Joshua P. Warren mengatakan bahwa suatu foto tahun 1950 di ruang bawah tanah Gedung Putih menunjukkan keberadaan sosok seperti hantu yang dipercaya sebagai presiden ke-16 Amerika Serikat itu.

“Tempat pengambilan fotonya tepat di bawah kamar tidur Lincoln. Dan karena ia adalah hantu yang paling sering dilaporkan, saya kira itu bisa saja Lincoln.”

Seperti yang dikutip dari liputan6.com, Foto yang dimaksud diambil oleh Abbie Rowe, seorang juru foto langganan Gedung Putih. Dalam foto itu ada seorang di atas bulldozer di latar depan dan sekelompok orang di sisi kiri latar belakang. Namun di tengah latar belakang ada sosok pria yang sepertinya tembus pandang.

Dalam foto itu, ada seorang di atas bulldozer di latar depan dan sekelompok orang di sisi kiri latar belakang. Tapi di tengah latar belakang ada sosok pria yang sepertinya tembus pandang.

Warren mengatakan bahwa gambar aneh itu tidak dianggap hingga 2008 ketika foto itu muncul dalam buku biografi pemenang Pulitzer, Truman, garapan David McCullough pada 1992.

Salah seorang pembaca, Bob Martin, menulis surat kepada penggarap biografi itu, tapi tidak mendapatkan tanggapan.

Warren boleh saja percaya bahwa itu hantu Lincoln, tapi ada juga pendapat yang lain. Dalam dokumenter kecil tentang foto itu, sejumlah pihak menyebutkan long exposure atau double exposure sebagai penyebab tampilan seperti hantu dalam foto tersebut.

Namun Warren tidak sepakat, katanya, “Ada seorang pria di depan di foto itu berjalan di atas tumpukan puing. Dapat dilihat dari posisinya bahwa hanya ada 1 atau 2 detik antara pembukaan dan penutupan rana kamera.”

Bryan Bonner dari Rocky Mountain Paranormal Research Society menduga Warren salah. Katanya melalui surat elektronik, “Foto ini adalah contoh klasik foto arsitektur 1950-an. Artinya, tidak peduli dengan orang di dalam gambarnya, lebih kepada bangunannya. Dengan pengalaman fotografi selama 30 tahun, saya tidak ragu bahwa ini adalah sekadar gambar buram seseorang.”

Selanjutnya, Warren menengarai sosok hantu itu sedikit lebih tinggi daripada orang kebanyakan, berdasarkan tempat kepala orang-orang di kirinya.

Katanya dalam situs web, “Jika kita menganggap tiga orang itu memiliki tinggi rata-rata, artinya sosok tersebut lebih tinggi daripada rata-rata (walaupun kita tidak mengetahui ketinggian tanah di tempat konstruksi itu). Lincoln kira-kira setinggi 193 sentimeter dan ini konsisten dengan kemungkinan yang ada pada penampakan Lincoln itu.”

Ben Radford, wakil editor di Skeptical Inquirer, mengatakan bahwa penampakan hantu itu banyak terjadi pada foto dengan teknik long exposure, termasuk foto-foto Perang Sipil AS.

Katanya melalui surel kepada Huffington Post, “Tidak ada yang aneh tentang gambar itu. Saya malah akan heran kalau penelitian cermat pada foto-foto Rowe yang lain sekitar masa itu dengan perangkat yang sama malah tidak menunjukkan apa-apa.”

Lanjutnya, “Lucu, belum pernah ada orang yang menduga itu sebagai hantu presiden yang kurang terkenal seperti Fillmore atau Polk.”

Warren percaya ia bisa membuktikan kasus ini dengan lebih baik jika memiliki akses ke negatif aslinya atau adanya izin untuk berburu hantu di Gedung Putih. Sayangnya, izin untuk kedua hal itu ditolak.

Warren mengatakan bahwa gambar “hantu Lincoln” merupakan salah satu dari sekian banyak foro yang diambil pada masa pemerintahan Truman dan dinyatakan bukan rahasia pada 1978 oleh Jimmy Carter.

“Truman adalah seorang presiden ketika kecelakaan Roswell terjadi, bersamaan dengan pembentukan CIA dan NSA. Jadi mungkin saja masih ada sejumlah foto yang dapat mengejutkan kita.”

Sementara itu Radford malah lebih tercengang lagi ada orang yang menganggap “foto hantu paling terpercaya dan menajubkan” menurut Warren ini sebagai bukti serius tentang hal supernatural.

Katanya, “Kalau ini bukti fotografis terbaik tentang hantu—jika seorang pakar hantu tidak mengetahui bedanya long exposure dan hantu—maka bukti tentang hantu ini jauh lebih parah daripada yang saya bayangkan.

Jembatan Keramat Anak Bengawan Solo

Di sebuah desa yang jauh dari jantung kota Klaten, Jawa Tengah, terdapat sebuah tempat yang menurut cerita warga setempat dihuni oleh sesosok makhluk gaib. Tepatnya adalah sebuah jembatan yang akrab disebut sebagai Jembatan Demangan, atau banyak juga yang menyebutnya sebagai Jembatan Keramat.

Tertarik oleh cerita gaib yang berkembang, beberapa pekan lalu Devil coba mendatangi lokasi yang dimaksud. Jembatan Keramat ini posisinya berada di Dukuh Demangan, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten. Jembatan ini merupakan jalur penghubung dengan desa di sebelah timurnya, dan terletak di atas sungai yang lebar dan panjang. Sungai ini merupakan anak sungai Bengawan Solo, yang lebih popoler disebut Kali Dengkeng.

Bila ditarik garis lurus sungai ini akan menuju ke arah wilayah Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Tembayat. Di atas kali Dengkeng inilah Jembatan Keramat itu berdiri.

Dikisahkan, sekitar beberapa puluh tahun yang lampau, bentuk jembatan tersebut hanya sederhana saja. Bahan yang digunakan adalah kayu yang berasal dari pohon Donoloyo.

Kabarnya, jembatan ini sudah ada sekitar masa-masa kejayaan Majapahit. Pada waktu itu Prabu Brawijaya yang disertai para pengikutnya dari kerajaan hendak berkunjung ke Mataram. Tetapi perjalanan mereka terhenti di tengah-tengah sungai yang membentang. Kemudian Prabu Brawijaya V pada suatu malam mengumpulkan pengikutnya untuk diajak bermusyawarah. Setelah musyawarah tersebut sang Prabu akhirnya memerintahkan para pengikutnya agar besok pagi membuat jembatan.

Suatu malam, Prabu Brawijaya berjalan-jalan di sepanjang sungau. Namun di tengah perjalanannya di sepanjang sungai tersebut ia dikejutkan oleh sesosok orang yang menurutnya aneh. Mengapa disebut aneh? Karena di tengah malam ada seorang pemancing ikan dalam posisi duduk. Tetapi anehnya pemancing ikan tersebut tubuhnya tidak menyentuh tanah. Sang raja pun segera mendekati pemancing itu. Lalu terjadilah perbincangan di antara mereka.

“Maaf, selamat malam, Kisanak!” sapa Prabu Brawijaya setelah sampai di dekat pemancing.

“Selamat malam!” pemancing itu menjawab sambil menoleh ke arah Brawijaya.

“Maaf mengganggu panjenengan,” timpal Brawijaya.

“Oh, tidak apa-apa. Maaf jika boleh tahu siapakah tuan ini?”

“Saya hanyalah orang biasa yang hendak menyeberang sungai ini,” Brawijaya merendah.

“Sepertinya tuan ini orang kaya, setidaknya bangsawan?”

“Ah, tidak! Saya hanya kaum biasa, Kisanak.”

“Lantas apa maksud sampeyan menemui saya?”.

“Bila Kisanak berkenan kami mau minta tolong.”

“Apa yang bisa saya lakukan, Tuan?”

“Tolong buatkan kami sebuah jembatan, agar kami bisa meneruskan perjalanan!”

“Apakah mungkin saya bisa, Tuan?”

“Saya yakin panjenengan bisa. Berapapun biayanya akan kami bayar!”

“Soal bayaran gampang, nanti bisa dilakukan setelah pekerjaan selesai.”

“Maaf sebelumnya, bila boleh tahu, siapa nama Kisanak ini?”

“Nama saya Demang Entru”.

“Baik Ki Demang. Kapan siap mengerjakannya?”

“Karena hari ini telah larut malam, maka besok pagi akan saya kerjakan.”

“Kalau begitu kami permisi dulu. Terima kasih Ki Demang!”

Mereka berjabat tangan, lalu Brawijaya meninggalkan lelaki setengah baya itu.

Ketika pagi telah menyingsing, baik Prabu Brawijaya maupun para pengikutnya terkejut. Bagaimana tidak, di tengah-tengah sungai tersebut sudah ada jembatan yang terbuat dari kayu Donoloyo. Merekapun mencari-cari sosok lelaki setengah baya yang semalam dijumpai Prabu Brawijaya. Setelah dicari kesana kemari, lelaki misterius itu tidak ditemukan, lalu Brawijaya mengumpulkan para pengikutnya. Ia menyarankan agar mereka tidak perlu mencari sosok lelaki misterius tersebut. Karena Brawijaya tahu bila yang mereka cari itu bukan manusia biasa. Merekapun melanjutkan perjalanan melewati jembatan yang baru tersebut.

Seiring dengan kemajuan zaman serta pergantian generasi ke generasi, jembatan tersebut oleh warga setempat mulai direnovasi, dengan maksud untuk lebih memperkokoh dan memperkuat infastruktur.

Diceritakan, sekitar tahun 2004 hingga 2005 warga setempat mencoba melakukan renovasi dengan dukungan pemerintah setempat. Namun ada keganjilan terjadi ketika pembangunan sedang berlangsung. Fenomena yang terjadi adalah jembatan tersebut selalu ambrol atau roboh.

Menurut sumber Misteri, lebih dari tujuh kali jembatan tersebut hendak di renovasi, namun selama itu pula selalu gagal. Ketika mendekati finishing atau ketika pembangunan tinggal hanya beberapa persen akan selesai, ternyata selalu ambrol atau roboh lagi. Fenomena itu menyiratkan pesan sepertinya jembatan itu memang tidak mau dibangun.

Warga setempat seperti makan buah simalakama, dikerjakan salah tidak dikerjakan juga salah. Bila tidak dikerjakan, jembatan lama terlanjur dipugar, jika diteruskan pembangunannya selalu ambrol. Sementara jembatan tersebut merupakan penghubung utama antara Desa Demangan dengan Desa Majasto yang terletak di timur sungai.

Menyikapi hal itu, sebagian warga mengusulkan untuk mencari seorang yang ahli dalam hal metafisika dunia gaib. Mereka mendatangkan seorang paranormal. Setelah sampai di lokasi, paranormal yang dipanggil warga, melakukan deteksi metafisika. Manurut salah seorang penduduk Desa Demangan yang ketika itu mengikuti dan menyaksikan ritual menyebutkan bahwa jembatan tersebut sebenarnya bisa direnovasi dan bisa dibangun. Syaratnya penunggu jembatan tersebut harus dipindahkan dulu. Letak atau tempat penunggu jembatan tersebut persis di bawah jembatan yang hendak dibangun. Tempat tersebut berbentuk bekas pohon Donoloyo yang di zaman silam adalah bekas digunakan untuk membuat jembatan penyeberangan bagi Prabu Brawijaya V dan pengikutnya.

Beberapa waktu lalu sebelum jembatan dibangun, bekas pohon Donoloyo tersebut sering didatangi para pencari pesugihan. Pada malam hari mereka melakukan tirakat kungkum atau berendam diri di tengah sungai dekat pohon Donoloyo tersebut.

Sumber Misteri juga menyebutkan, bila kayu Donoloyo itu dipotong, maka akan bisa mengeluarkan darah. Benar tidaknya tergantung dari sisi mana kita menyikapinya. Yang pasti, karena cerita inilah maka banyak para pencari pesugihan mendatangi lokasi itu.

Setelah paranormal yang enggan disebutkan namanya itu berhasil memindahkan Mbah Entru, maka pembangunan jembatan bisa diteruskan. Namun pembangunan jembatan tersebut sedikit bergeser ke arah selatan dari letak tempat kediaman Mbah Entru.

Sebelum jembatan itu dibangun, telah banyak warga mengalami keganjilan di lokasi yang dimaksud. Berikut ini pengakuan beberapa orang yang pernah mengalami hal-hal gaib di atas jembatan:

Suyanto (57), warga Dukuh Pugeran Karangdowo mengaku sempat merinding. Ketika itu dia baru pulang dari menghadiri hajatan tetangga desa sebelah yakni di Dukuh Majasto. Ketika sampai di atas jembatan itu tiba-tiba motornya mogok. Pada saat itulah ia melihat ke arah bawah jembatan di sebelah utara ada sesosok lelaki yang sedang duduk sambil menghisap rokok. Seketika itu pula bau kemenyan menusuk hidung lelaki yang sehari-hari berprofesi sebagai petani ini.

Lain halnya dengan Parwo (47), warga Gebungan Pedan. Ia juga mengalami hal aneh ketika hendak berkunjung ke Gunung Majasto, tempat Mbah Merbot, salah seorang kenalannya. Di tengah-tengah jembatan tersebut Yamaha miliknya mendadak mogok. Tidak lama kemudian Parwo seperti mendengar ada suara seorang lelaki tua yang memanggilnya, minta tolong agar Parwo turun ke bawah. Suara itu berasal dari bawah jembatan. Sepertinya suara itu menggambarkan empunya suara tercebur sungai. Karena merasa bulu kuduknya merinding, maka lelaki beranak empat tersebut sekencang-kencangnya menuntun motornya berlari dari atas jembatan.

Sesampai di tempat Mbah Merbot Majasto kenalannya, Parwo menceritakan kejadian yang baru dialami itu. Mbah Merbot memberi keterangan pada Parwo, bila suara itu merupakan suara dari Mbah Entru, sang penunggu Jembatan Demangan yang terbentang di atas sungai yang mempunyai lebar 70 meter tersebut. Merbot menambahkan pula bahwa tidak semua orang bisa ditemui oleh Mbah Entru.

Tragedi Pemuja Ilmu Ronggo Pecuk

Rumah besar di pinggir jalan raya itu, semua orang sudah tahu siapa pemiliknya. Orang-orang menyebut pemilik rumah lumayan bagus untuk ukuran desa itu mbah Dirgo. Entah itu sebutan atau nama asli sejak kecil. Yang jelas, mereka tahu bahwa mbah Dirgo adalah dukun kondang, yang pasiennya datang silih berganti, kebanyakan dari luar kota. Ada yang dari Blitar, Malang, Surabaya, Probolinggo, Trenggalek bahkan yang dari Jakarta dan luar Jawa ada juga yang datang minta bantuan mbah Dirgo.

Kemarin ada orang bertamu ke rumah mbah Dirgo. Dua orang, satu pria dan satunya lagi wanita. Mengendarai mobil merk terkenal dan keluaran tahun paling anyar. Pada salah seorang tetangga mbah Dirgo, keduanya mengaku berasal dari Semarang, Jawa Tengah.

“Benar ini kediaman mbah Dirgo?” Tanya tamu tadi kepada Lukman, tetangga dekat mbah Dirgo.

“Mbah Dirgo dukun serba bisa itu kan?” Lukman balik bertanya, ingin kepastian.

“Betul.”

“Kalau itu yang sampeyan cari, rumah mbah Dirgo memang ini,” Lukman menandaskan. Lelaki dua orang anak yang sehari-harinya pedagang buah di pasar Kalitalun itu lantas mempersilahkan tamunya masuk, karena Lukman telah membantu mengetukkan pintu rumah mbah Dirgo.

“Terima kasih, pak,” ujar si tamu sambil memarkirkan mobilnya di halaman Barat rumah bercat serba kemerahan itu.

Seperti biasanya, mbah Dirgo tak terlalu lama melayani tamu dari Semarang tersebut. Ada banyak orang yang antri untuk ditangani oleh mbah Dirgo. Otomatis masing-masing tamu tak terpuji bila terlalu lama berada dalam kamar praktik mbah Dirgo yang konon sangat menyeramkan.

Menurut desas-desus yang merebak beberapa hari sesudahnya, tamu dari ibukota Jawa Tengah tempo hari itu minta jasa baik mbah Dirgo untuk melenyapkan saingan bisnisnya. Tangan mbah Dirgo yang terlalu gampang untuk membunuh dengan bantuan gaib ilmunya tersebut memang tempat sangat idel untuk keperluan itu. Buktinya, lawan bisnis Karsono, orang Semarang tadi, meninggal dunia dengan cara mengenaskan. Dulaman, musuh usaha Karsono, tertimpa batu sebesar kerbau manakala Dulaman sedang mengawasi kerja anak buahnya di sebuah pabrik pemecahan batu tak jauh dari rumahnya.

Sudah puluhan tahun mbah Dirgo memang terkenal sebagai dukun tenung. Profesi yang digelutinya secara turun temurun, paling tidak, almarhum mbah Dakip, orang tuanya dulu juga kondang sebagai dukun tenung.

Nasib baik masih selalu berada di belakang keluarganya, sebab setiap ada pihak yang mau menghabisi mbah Dirgo, dengan berbagai cara, tak ada yang pernah berhasil. Termasuk saat ramai-ramainya penculikan dukun tenung beberapa tahun silam, mbah Dirgo bisa selamat. Ilmu yang dimilikinya memang cukup ampuh dalam membentengi dirinya dari serangan orang yang tidak menyukai sepak terjangnya. Tak aneh bila lelaki berambut gondrong mirip mbah Surip itu semakin merasa tak tertandingi. Enath sudah berapa orang yang mati secara gaib lewat tangannya, hanya dirinya dan Allah saja yang mengetahui jumlah pastinya.

Sebagai seorang dukun senior, materi yang dikumpulkan dari uang kasih para pasiennya lumayan banyak. Rumahnya bagus, sawah, ladang ada di berbagai tempat. Di dalam daerah tempat tinggalnya mau pun di luar daerah. Jumlahnya bisa puluhan hektar plus tabungan di bank yang cukup menggiurkan jika ditunjukkan kepada orang lain.

Pekerjaan mbah Dirgo yang lain adalah tukang servis dan pendongkrak daya tarik bagi wanita-wanita nakal. Bila seorang wanita yang terjun di dunia kelam telah kurang diminati tamu langganan dan dia datang ke tempat praktek mbah Dirgo, dijamin beberapa hari kemudian wanita tadi pasti kebanjiran order. Tubuh wanita itu yang sebelumnya kusam dan tak mendatangkan selera, bisa kelihatan bahenol, sintal, cantik dan sangat mengundang birahi. Langganannya kembali datang, uang mengalir lagi. Aliran duit tersebut sebagian tentu mengarah ke rumah mbah Dirgo sebagai balas budi. Balas budi yang klimaksnya membikin kekayaan lelaki dengan dua orang isteri dan tiga orang anak tadi makin menggunung.

Untuk membuat makin tajam dan cespleng ilmunya, mbah Dirgo harus mengadakan ritual dan persembahan kepada gaib pembantunya. Diantara ritual tadi adalah meminum darah binatang, utamanya ayam berbulu hitam, berkulit legam. Orang sering menyebutnya dengan ayam cemani. Darah ayam model inilah yang pada saat-saat tertentu harus diminum olehnya. Semakin tak lalai melakukan ritual semakin ampuh dan berjaya ilmunya. Ini diyakini betul oleh mbah Dirgo selama ini.

Manusia, bagaimana juga, ada kalanya di atas, ada saatnya di bawah. Keinginan dan harapan bisa melaju terus tanpa batas, namun umur tidak akan bisa dibendung. Dari muda menjadi tua, tidak bisa dihindari. Demikian juga yang dialami mbah Dirgo. Tanpa disadari, dia sudah makin tak lincah gerak tangan, hentakan kaki dan desah nafasnya pun sudah tak berirama sempurna lagi.

“Bila aku berjalan agak jauh, rasanya seperti mau berhenti nafas ini,” keluh mbah Dirgo suatu ketika pada seorang isterinya.

“Wajar. Usia bapak kan sudah lebih tujuh puluh tahun,” sahut si isteri yang bernama Wakini itu.

“Aku berencana untuk tidak memforsir diri lagi dalam bekerja,” ujarnya dengan wajah kusut masai.

“Lalu, ilmu bapak mau dikemanakan?” Tanya Wakini sambil duduk berjajar dengan suaminya, di bawah rindangnya pohon trembesi tak jauh dari rumahnya.

“Aku telah berusaha untuk sedikit demi sedikit membuang pengaruh ilmu itu dengan mantera-mantera yang telah kuhafal.”

“Hasilnya bagaimana, pak?”

“Karena aku mempunyai banyak ilmu, perlu waktu lama untuk membuangnya satu persatu.”

“Tidak ada yang diwariskan pak?”

“Anak-anak kita tak ada yang berminat,” kata mbah Dirgo setengah mengeluh.

“Kepada orang lain, bagaimana pak?”

“Hingga saat ini belum pernah kulihat orang datang kemari untuk keperluan itu.”

“Lalu?”

“Ya. Sudah resiko kita, Wakini.” Mbah Dirgo memandang ke alam lepas. Alam yang di atas sana bergulung-gulung awan kelabu, bahkan berubah menghitam, pertanda hujan akan segera mengguyur mayapada.

Beberapa hari kemudian, mbah Dirgo jatuh sakit. Awalnya hanya pusing-pusing biasa. Realitanya rasa pusing ini semakin parah dan berganti dengan munculnya bintik-bintik merah hampir di sekujur tubuhnya. Berbagai macam cara ditempuh untuk menghalau penyakit aneh ini. Obat modern, jamu-jamu herbal dan banyak usaha lain yang ditempuh, belum juga mampu mendatangkan hasil memuaskan. Bahkan keadaan dirinya makin parah dengan tekanan darahnya yang terus melonjak tinggi.

Orang-orang yang sebelumnya berusaha membantu dengan caranya masing-masing, mulai menjauh. Mereka sudah angkat tangan. Tanpa ingin mendahului kehendak Yang Maha Kuasa, dalam hati kecil mereka sudah tertanam keyakinan bahwa mbah Dirgo tinggal menghitung hari saja sebagai penghuni bumi ini.

“Kasihan dia,” bisik seseorang yang sempat berkunjung ke rumah mbah Dirgo.

“Sejak beberapa bulan sebelumnya, kabarnya mbah Dirgo lupa mengadakan ritual minum darah ayam. Benar demikian, kang?”

“Aku kurang tahu masalah itu, Dik. Itu urusan mbah Dirgo dan keluarganya. Kita sebaiknya hanya ikut berdoa, kalau pun tidak sembuh, mudah-mudahan ada jalan lapang saja bagi perjalanan hidup mbah Dirgo selanjutnya.”

“Ya, kang. Tak baik terlalu jauh menggunjingkan kekurangan orang lain.”

“Ya.”

Saat dua orang ini hendak beranjak pulang, karena sudah lama keduanya di dalam ruangan tempat mbah Dirgo berbaring, terdengar ada rintihan keluar dari mulut dukun itu.

“Uhhhh!” Hanya itu. Kemudian, “Potongkan aku ayam dan ambil darahnya,” ujar mbah Dirgo memelas.

Seorang anaknya yang sedang menunggu di situ segera menuruti kehendak bapaknya. Seekor ayam cemani yang mungkin sudah lama dipersiapkan langsung disembelih dan darah segarnya diberikan kepada bapaknya. Mbah Dirgo segera meneguk darah yang diwadahi cangkir kecil berwarna merah muda.

Baru saja beberapa tetes darah masuk rongga mulut, mbah Dirgo menyemprotkan kembali darah itu keluar. Darah memuncrat, berhamburan ke segala arah, hingga membasahi baju dan wajah beberapa orang yang sedang membesuknya.

Sebelum orang-orang tahu apa yang musti dilakukannya, mbah Dirgo berteriak lantang dan heweeerrrrrr. Crot. Darah kental keluar dari rongga tenggorokannya. Tubuh dukun itu berputar-putar seperti ayam baru dipotong. Sebentar membujur ke arah Utara, sebentar berbalik ke Selatan. Saking menderitanya, tubuh itu seakan terlonjak-lonjak ke atas, setengah berputar dan breg, terjerembab ke dipan kayu berukir di bawahnya.

Darah kental terus termuntahkan seakan tanpa henti. Semprotan darah ada di mana-mana. Di ranjang, selimut, sekujur tubuh mbah Dirgo dan lantai di bawahnya. Ada berliter-liter darah, mungkin, sudah terkuras dari tubuh mbah Dirgo. Tak perlu hitungan tiga detik selanjutnya, tubuh itu telah memutih kehabisan darah. Mereka yang duduk di kanan kiri ranjang hanya melonggo keheranan. Mbah Dirgo telah tiada. Dia meninggal dalam kondisi yang tersiksa dan sangat mengenaskan.

AKI TIREM: Cikal Bakal Berdirinya Kerajaan Tertua di Jawa

Siapakah sesungguhnya tokoh nenek moyang bernama Aki Tirem ini? Pertanyaan ini menarik sekali diajukan karena memang masih terdapat kesimpangsiuran prihal eksistensi tokoh legendaris ini. Menurut cerita rakyat Pandeglang, namanya juga dikenal sebagai Aki Luhurmulya. Bahkan, dia disebut juga sebagai Angling Dharma menurut Hindu, dan Wali Jangkung menurut Islam.


AKI TIREM

Namun demikian ada juga cerira di kalangan masyarakat yang menyebut nama Prabu Angling Dharma atau Wali Jangkung sebagai nama lain dari Dewawarman. Bahkan tokoh bernama Angling Dharma ini juga diakui berada di wilayah lain, bukan di Salakanagara.

Di zamannya Aki Tirem hanya berpredikat setingkat penghulu, bukan berpangkat raja. Tatkala sakit, sebelum meninggal dia menyerahkan kekuasaannya kepada menantunya yang bernama Dewawarman, yang jauh hari sebelumnya telah menikah dengan Nyi Pahoci Larasti, putrid Aki Tirem.
Atas pengangkatan ini semua penduduk menerimanya dengan senang hati. Demikian pula dengan para pengikut Dewawarman karena mereka telah menjadi penduduk di situ, lagi pula banyak di antara mereka yang telah mempunyai anak.

Lalu, siapakah Dewawarman ini? Konon, dia adalah seorang yang menjadi duta keliling negaranya yang terletak di India Selatan, untuk negara-negara lain yang bersahabat seperti: kerajaan-kerajaan di Ujung Mendini, Bumi Sopala, Yawana, Syangka, Cina dan Abasid (Mesopotamia), dengan tujuan mempcrerat persahabatan dan berniaga hasil bumi serta barang-barang lainnya.

Dewawarman dan rombongan berlabuh di pantai desa Aki Tirem pada awalnya dengan niat untuk mengisi perbekalan, terutama air. Namun ketika itu desa tersebut tengah dilanda keresahan karena aksi para perompak. Karena itulah pada mulanya Aki Tirem dan pasukannya berniat akan memerangi Dewawarman. Namun karena niat baiknya, Aki Tirem pada akhirnya menerima kehadiran rombongan pengembara dari India Selatan ini, bahkan penghulu desa di pantai barat Banten tersebut menjodohkan puterinya dengan Dewawarman.

Setelah tinggal menetap di desa Aki Tirem, Dewawarman beserta pengikutnya selalu berkeliling melindungi penduduk karena kampung-kampung di sepanjang pesisir itu memang sering didatangi bajak laut dan pcrompak. Sampai suatu ketika, perahu perompak datang di tempat itu dan berlabuh di tepi pantai. Para perompak itu sama sekali tidak melihat bahwa dirinya telah dikepung oleh pasukan Dewawarman yang bersembunyi dan berpencar dengan siaga penuh. Dewawarman beserta pasukannya dan pasukan Aki Tirem segera membuka serangan tanpa memberikan kesempatan kepada para perompak itu untuk mempersiapkan diri. Pcrtempuran pun terjadi.

Diceritakan, gerombolan perompak itu dapat dikalahkan. Dewawarman dan pasukannya unggul dalam pertempuran. Perompak yang mati ada 37 orang dan sisanya yang tertawan ada 22 orang. Anggota pasukan Dewawarman yang tewas ada dua orang, sedangkan anggota pasukan Aki Tirem tewas 5 orang. Semua perompak yang ditawan akhirnya mati digantung. Aki Tirem memperoleh perahu rampasan lengkap dengan barang-barang, senjata dan pcrsediaan makanan para perompak.

Kisahkan pula, setelah Aki Tirem wafat, sang Dewawarman menggantikannya sebagai penguasa di situ dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara. Sedang isterinya, Nyi Pohaci Larasati menjadi permaisuri dengan gelar Dewi Dwani Rahayu. Kerajaannya diberi nama Salakanagara.
Menurut Naskah Wangsakerta Aki Tirem adalah putera Ki Srengga, Ki Srengga putera Nyai Sariti Warawiri, Nyai Sariti Warawiri puteri Aki Bajulpakel, Aki Bajulpakel putera Aki Dungkul dari Swarnabhumi bagian selatan kemudian berdiam di Banten, Aki Dungkul putera Ki Pawang Sawer, Ki Pawang Sawer Putera Datuk Pawang Marga, Datuk Pawang Marga putera Ki Bagang yang berdiam di Swarnabhumi sebelah utara, Ki Bagang putera Datuk Waling yang berdiam di Pulau Hujung Mendini, Datuk Waling putera Datuk Banda ia berdiam di dukuh tepi sungai, Datuk Banda putera Nesan, yang berasal dari Langkasungka. Sedangkan Nenek moyangnya berasal dari negeri Yawana sebelah barat.

Jika dipelajari lebih jauh lagi, naskah Wangsakerta yang ditulis pada tahun 1677 M menceritakan, bahwa pendatang dari Yawana dan Syangka yang termasuk ke dalam kelompok manusia purba tengahan (Janma Purwwamadhya) tiba kira-kira tahun 1.600 sebelum Saka. Kaum pendatang yang tiba di Pulau Jawa kira-kira antara 300 sampai dengan 100 tahun sebelum Saka. Mereka telah memiliki ilmu yang tinggi (Widyanipuna) dan telah melakukan perdagangan serbaneka barang. Para pendatang ini menyebar ke pulau-pulau Nusantara.

Wangaskerta menjelaskan pula: Oleh para mahakawi yang terlibat dalam penyusunan naskah Wangsakerta disebut jaman besi (wesiyuga), karena mereka dianggap telah mampu membuat berbagai macam barang dan senjata dari besi, yang lebih penting, mereka telah mengenal penggunaan emas dan perak.
Sebenarnya bukan hanya berdagang, tetapi merekapun merasuk ke desa-desa, seolah-olah semuanya milik mereka. Pribumi yang tidak mau menurut atau menghadangnya segera dikalahkan. Merekapun harus menjadi orang bawahan yang harus tunduk pada keinginan mereka.

Antara tahun 100 sebelum Saka sampai awal tahun Saka masih banyak kaum pendatang yang tiba di Nusantara dari negeri-negeri sebelah timur dan selatan India,  yang juga telah memiliki pengetahuan yang tinggi.

Dari kisah ini dapat diambil kesimpulan, bahwa pengambilan nama Salakanagara, atau Kotaperak, atau Argyre memang wajar dan sangat terkait dengan zaman tersebut, yang dikisahkan oleh para Mahakawi sebagai zaman besi (wesiyuga), zaman manusia di Nusantara telah mengenal penggunaan besi dan perak sebagai perkakas.
Sedangkan kaum pendatang, seperti Dewawarman dari India datang ketempat tersebut dimungkinkan untuk berdagang dan mencari perak. Mungkin ini juga yang menjadi minat mereka singgah di perkampungan pesisir Aki Tirem.

Ada juga yang mengisahkan bahwa Akti Tirem ketika digantikan Dewawarman belum wafat, namun dia sengaja mengundurkan diri dari keramaian dunia dan pergi bertapa. Dewawarman kemudian dinobatkan menjadi raja pertama Salakanagara.

Penyerahan kekuasaan tersebut terjadi pada tahun 122 M. Dan pada saat itu diberlakukan pula penanggalan Sunda yang dikenal dengan sebutan Saka Sunda.

Klan Dewawarman menjadi raja Salakanagara secara turun menurun. Dewawarman I berkuasa selama 38 tahun sejak dinobatkan pada tahun 52 Saka atau 130 M. Selama masa pemerintahan dia pun mengutus adiknya yang merangkap Senapati, bernama Bahadur Harigana Jayasakti untuk menjadi raja daerah Mandala, Ujung Kulon. Sedangkan adiknya yang lain, bernama Sweta Liman Sakti dijadikan raja daerah Tanjung Kidul dengan ibukotanya Agrabhintapura. Nama Agrabhinta dimungkinkan terkait dengan nama daerah berada di daerah Cianjur Selatan, sekarang menjadi daerah perkebunan Agrabhinta, hanya karena sulit diakses, daerah tersebut seperti menjadi daerah tertinggal.

Dalam catatan sejarah, raja-raja Salakanagara yang menggunakan nawa Dewawarman sampai pada Dewawarman IX. Hanya saja setelah Dewawarman VIII, atau pada tahun 362 pusat pemerintahan dari Rajatapura dialihkan ke Tarumanagara. Sedangkan Salakanagara pada akhirnya menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara.

Selama kejayaan Salakanagara gangguan yang sangat serius datangnya dari para perompak. Hingga pernah kedatangan perompak Cina. Namun berkat keuletan Dewawarman dengan membuka hubungan diplomatik dengan Cina dan India pada akhirnya Salakanagara dapat hidup damai dan sentausa.
Selain adanya perkiraan jejak peninggalan Salakanagara, seperti batu menhir, dolmen dan batu magnet yang terletak di daerah Banten, berdasarkan penelitian juga ditemukan bahwa penanggalan sunda atau Kala Sunda dinyatakan ada sejak zaman Aki Tirem. Penanggalan tersebut kemudian dinamakan Caka Sunda. Perhitungan Kala Saka mendasarkan pada Matahari 365 hari dan Bulan 354 hari. Masing-masing tahun mengenal taun pendek dan panjang.

Susuk Pengasih Nyai Bawuk

Media susuk pengasihan ini adalah bulu kemaluan seekor harimau. Siapa yang memasangnya, jika dia perempuan, akan menjadi banal dan hot. Berikut sebuah kisah nyata pemasang susuk karamat super langka ini….


Susuk Pengasih

Dulu, dia dikenal sebagai perempuan cantik penebar pesona. Namun kini dia hanya bisa berbaring lemas hampir tanpa daya. Teriakan kesaktian setiap malam memecah dari mulutnya yang kering dan kisut. Entah apa yang dirasakannya. Mungkin kesakitan, atau mungkin juga ketakutan.
Kenyataan tragis itu harus dialaminya hanya karena sewaktu muda dia tergoda memburu nafsu dan ego keduniawian. Dia rela diperbudak kekuatan gaib yang berasal dari aura harimau betina yang sedang birahi, yang sukmanya dimasuki setan betina yang harus seks.

Dia terlahir dari pasangan orang tua yang secara kebetulan memiliki kelebihan dalam bidang suprantural. Trista namanya. Sejak masih kecil kehidupannya sangat kental dengan aroma mistis, meski ayahnya yang mendalami ilmu mistik kejawen itu tidak pernah menurunkan ilmu-ilmu miliknya kepada putrinya ini.
Diusia 16 tahun, Tirsta dijodohkan dengan lelaki murid terkasih bapaknya. Sebut saja bernama Pristono. Lelaki yang sudah berusia 30 tahun ini sangat ngemong, sehingga rumah tangga mereka selama 4 tahun berjalan sangat rukun. Sayangnya, mereka tak dikaruniai keturunan. Sampai di usia 34 tahun, usia yang sangat muda, Pristono meninggal karena suatu penyakit yang disebut orang desa dengan istilah “angin duduk”.

Di usia 20 tahun, jadilah Trista hudup menjanda. Statusnya ini sering menimbulkan kondisi yang tidak enak. Daia kerap kali jadi bahan gunjingan di kampungnya. Karena janda muda dan cantik, dia juga sering jadi bahan cemburu buta para ibu di desanya.
Merasa tak tahan dengan keadaan tersebut, akhirnya Trista melangkahkan kakinya untuk merantau ke Sumatera. Dia ikut menumpang di rumah kakaknya.
Di Sumatera Trista bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kaya. Tanpa bisa dikendalikan, janda muda ini jatuh cinta pada anak majikannya. Sudah dapat dipastikan, pemuda tampan itu tak mungkin sudi  menanggapi cinta janda kembang dari desa terpencil di pelosok Jawa ini. Trista sama sekali tidak sepadan dengan dirinya.

Cinta bertepuk sebelah tangan akhirnya membawa Trista berkenalan dengan dunia mistis. Dia menemui Mbah Darto, orang sakti yang juga berasal dari Jawa dan kebetulan adalah saudara seperguruan Bapaknya Trista. Terenyuh oleh nasib yang menimpa Trista, Mbah Darto menyarankan agar janda muda ini memasang susuk bulu kemaluan harimau betina yang sedang birahi, atau dalam istilah wong Jawa disebut Susuk Pengasih Nyai Singo Bawuk. Susuk ini tingkat kesulitannya luar biasa, karena mencarinya harus menunggu saat musim kawin harimau.  Saat si raja rimba sedang melangsugkan hasrat birahinya, maka harus dibunuh. Yang betina untuk si pemasang wanita, demikian pula yang jantan untuk pemasang laki-laki.
Menurut pengakuan Nek Trista, untuk pemasangan susuk harimau birahi ini harus diambilkan bulu yang tumbuh (maaf) di kemaluan harimau tersebut, meski hanya satu helai saja. Cara pemasangannya dengan ritual yang rumit. Seteklah bulu kemaluan harimau disiapkan, maka kewanitaan Trista dibasuh dengan darah harimau. Lalu, dengan cara gaib, bulu kemaluan harimau itu dipasangkan di bagian terlarang tersebut.

Hasilnya memang luar biasa. Setelah memasang susuk keramat ini, anak majikan Trista yang tampan itu langsung bertekuk lutut di bawah kakinya.
Singkat cerita, mereka pun menikah. Trista merasa dapat menggapai keinginannya, meski sesungguhnya pernikahan itu terjadi tanpa didasari kasih sejati sebagaimana wajarnya.
Dalam rentang perjalanan waktu, karena pengaruh Susuk Pengasih Nyai Singa Bawuk, akhirnya Trista tak dapat mengendalikan nafsu birahinya. Dia telah dikuasai kekuatan gaib yang bersemayam dalam susuk tersebut. Sejak itu, mulailah badai menerjang bahtera rumah tangganya.
Setelah harta dan kejantanan suaminya habis, Trista meninggalkannya. Dia lari mengejar impiannya untuk memuaskan nafus birahinya, sekaligus mengumpulkan harta duniawi.
Trista memilih kembali ke tanah Jawa. Tapi dia berlabuh di Jakarta. Di kota ini dia semakin menjadi-jadi. Dia terjun ke dunia hitam pelacuran. Hebatnya, setiap laki-laki hidung belang yang berhubungan intim dengan dirinya pasti akan ketagihan, sehingga banyak diantara mereka yang ludes uang atau harta bendanya.

Sebenarnya, Trista bukanlah gadis yang matre. Ini semua karena pengaruh susuk harimau betina tersebut, sehingga dia menjadi liar. Dan keliarannya membutuhkan biaya yang tinggi demi memenuhi selera live stylenya yang telah berubah. Dia bukan lagi gadis kampong yang lugu dan apa adanya. Untuk semua ini, sudah tentu dia membutuhkan uang banyak.
Begitulah! Petualangan Trista baru berhenti ketika dia jatuh ke dalam pelukan seorang duda hiperseks. Jadi klop sudah mereka. Kebetulan juga lelaki bernama Harmoko ini punya kehidupan yang lumayan. Mereka menikah, dan Trista terentaskan dari lembah hitam.

Sayang, pernikahan ketiganya inipun juga tak dikaruniai anak. Di usia 50 tahun, usaha Harmoko bangkrut karena ditipu beberapa rekan bisnisnya. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Biaya hidup di Jakarta sangat mahal. Karenanya mereka memutuskan pulang ke kampung halaman Trista di Jawa. Di tempat tinggalnya yang baru, Trista mulai tekun memperdalam ilmu klenik, dan akhirnya membawa dirinya bertemu dengan roh gaib yang bernama Nyai Pilut. Dari bisikan Nyai Pilut inilah, Trista tahu sesuatu masalah yang ditanyakan orang lain. Ya, Trista  menjadi dukun prewangan.

Tak lama kemudian, Trista cukup kondang di daerahnya. Banyak orang datang kepadanya. Merasa dendam dengan nasib buruk yang menimpa Hormoko, suaminya, yang ditipu rekan bisnisnya, maka mendorong Trista sering menipu orang yang datang padanya, dengan pembayaran yang cukup mahal. Ada-ada saja alasan yang digunakan untuk mengeruk uang pasiennya.
Karena kelewat komersil, nama Trista akhirnya redup bak ditelan malam. Menurut orang-orang dekatnya, Trista telah ditinggal pergi oleh Nyi Pilut, yang tidak suka Trista telah berubah perangai menipu orang-orang yang meminta pertolongan padanya.

Akhirnya Trista jatuh miskin lagi. Dan yang lebih mengenaskan, Harmoko terkena stroke. Lima tahun sakit akhirnya dia meninggal dunia. Trista sering merenung, sekarang dia sendiri, tak punya siapa-siapa untuk  berbagi cerita. Padahal dia benar-benar mencintai suaminya itu.
Usia Trista sekarang telah 75 tahun. Sejak Harmoko meninggal, dia memang sudah tak mau lagi bersentuhan dengan laki-laki, meski itu sangat berat. Ketuaan telah menggerogoti raganya. Dia jatuh terkulai tak berdaya.

Dalam ketidakberdayaan ini setiap malam, nenek Trista kerap berteriak-teriak kesakitan dan kadang-kadang menggeram bak seekor harimau. Oleh adik-adiknya, diusahakan cari syarat piranti gaib. Dari hasil deteksi ahli batin seorang paranormal wanita yang disapa akrab Jeng Rahayu dikatakan; “Ada 9 susuk ditubuh Mbah Trista, yang delapan saya sanggup mencabut, tapi yang satu, yang dipasang di kemaluannya, rasanya perlu waktu untuk mempelajarinya.”

Menurut Ahimsa, salah seorang adik Mbah Trista, ke-8 susuk pengasih berhasil dicabut oleh Jeng Rahayu. Untuk susuk yang satunya sedang mohon petunjuk ke Tuhan. Dua minggu kemudian, Jeng Rahayu bilang, kalau susuk itu bisa dikurangi daya gaibnya dengan Jadem Arab.
Jadem adalah tanaman semacam agave atau disebut lidah buaya, tapi yang tumbuh di gurun Arab. Entah dari mana dapatnya, sejak diberi Jadem Arab itu, teriakan Mbah Trista tak begitu memilukan. Tapi tetap saja menjerit-jerit hampir tiap malam, meski frekuensinya berkurang.

Jeng Rahayu juga bilang pada Ahimsa, Susuk Pengasih Nyai Singa Bawuk hanya dapat dihilangkan dengan darah kucing kembang talon (belang tiga) jantan dan tapelan kulitnya.
Betapa sulitnya mencari kucing kembang talon jantan, sebab kucing jantan jenis ini pasti dibunuh induknya sendiri, atau kucing dewasa lainnya bila diketahui hidup. Konon, bila sampai tumbuh dewasa ia akan menjadi rajanya kucing.

Tapi, puji syukur, Ahimsa, bisa mendapatkan kucing dimaksud meski masih anakan. Kucing mungil yang masih sangat muda itu dipotong, darahnya digunakan untuk membasuh kemaluan Trista, lalu kulitnya yang sudah diseset ditempelkan di tempat terlarang itu.

Ritual tersebut dilakukan sore hari. Menjelang tengah malam, tiba-tiba Mbah Trista menjerit sangat keras dan mengaum panjang seperti harimau. Kata Ahimsa, dari pusarnya keluar cahaya kemerahan, meluncur menembus genteng. Tak lama kemudian, Mbah Trista tertidur pulas.
Satu minggu sejak peristiwa itu, Trista tiap malam tak teriak-teriak lagi dan tak menggeram. Nenek renta itu akhirnya wafat dalam damai setelah susuk Nyi Singo Bawuk terlepas dari raganya.
Bila melihat betapa cermin hidup yang ditayangkan Misteri ini begitu memilukan, masihkan kita akan memburu piranti gaib yang hanya memberi kenikmatan semu sesaat? Setelah itu terkena laknat?

Princes mengungkap semua ini bukan untuk membuka wacana ajakan untuk mengikuti jalan sesat tersebut. Tapi bijaklah dalam menentukan pilihan hidup.

Pesugihan Gunung Kawi

GunungKawi di desa Wonosari,  Kecamatan Wonosari, Malang, Jawa Timur  dikenal sebagai tempat untuk ngalap  berkah. Yang paling sering terdengar adalah  sebagai tempat untuk mencari pesugihan.
Kabarnya ribuan tuyul pesugihan tersedia  di lokasi ini. Nyatanya, di lokasi ini justru dibangun tempat ibadah untuk semua  agama. Benarkah cerita tentang pesugihan  tuyul tersebut?

Pesugihan Gunung Kawi




“Pesugihan mencari tuyul itu memang sering ditanyakan pengunjung ke juru kunci atau pengurus di lokasi makam gunung  Kawi ini. Namun sebetulnya sama sekali tak ada pesugihan tuyul di lokasi keramat ini,” ujar Sukiman (56), salah seorang pengurus di komplek makam gunung Kawi.



Menurut lelaki yang bertugas di ruang kesenian wayang kulit ini, image yang  selama ini didengar masyarakat, yaitu tuyul pesugihan memang sangat kuat. Ia dan semua warga gunung Kawi juga heran kenapa cerita tentang tuyul pesugihan itu justru lebih kuat daripada ziarah di makam keramat di atas gunung Kawi. Jika mendengar tentang gunung Kawi bayangan yang muncul selalu pesugihan tuyul, bukan yang lain.



Di lokasi gunung Kawi sendiri secara resmi terdapat makam keramat. Yaitu makam dari Kanjeng Kyai  Zakaria II dari kerabat keraton Kartosuro serta Raden Mas Iman Soedjono dari kerabat keraton Yogyakarta. Di pusara dua makam inilah biasanya pengunjung datang untuk berziarah.
Karena kesaktian dua tokoh itu semasa hidupnya, banyak peziarah yang percaya bahwa berziarah di makam ini juga mendatangkan berkah tersendiri.



“Itulah sebab, banyak yang berziarah sekalian ngalap berkah di sini. Namun untuk jenis pesugihan tuyul sama sekali tidak ada. Bahkan semua peziarah yang kami layani biasanya adalah umat beragama yang taat bersembahyang,” lanjut lelaki yang sering memimpin pentas wayang di komplek gunung Kawi.
Di lokasi atau kompleks makam gunung Kawi memang dibangun beberapa tempat ibadah. Mulai dari masjid, kelenteng atau wihara. Sehingga semua peziarah, mulai umat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, biasanya menyempatkan diri untuk beribadah di tempat ibadah masing-masing itu. Baik sebelum atau sesudah berziarah mereka biasanya akan beribadah sesuai keyakinan masing-masing. Pendatang gunung Kawi juga sangat multi ras. Mulai Ras Jawa, Madura, Bali, sampai keturunan Tionghoa.



Malah dari dulu hingga sekarang pengunjung keturunan Tionghoa dikenal mendominasi dalam daftar tamu pengunjung. Sehingga orang sering menyebut bahwa gunung Kawi adalah tempat favorit, bagi orang-orang bermata sipit untuk ngalap berkah. Dan kenyataannya memang demikian. Setiap malam Senin Pahing dan Jumat Legi selalu penuh dengan pengunjung dari keturunan Tionghoa.



Malam Senin Pahing dan malam Jumat Legi dipercaya merupakan hari kelahiran dari dua tokoh di makam keramat Gunung Kawi. Jadi kedua hari itulah yang dianggap paling penting atau paling sakral bagi pengunjung. Meskipun demikian di hari-hari lain selain kedua hari itu pun, pengunjung tetap berdatangan ke lokasi. Ini bukti bahwa kehebatan tuah gunung Kawi memang sangat kesohor dan begitu melegenda dalam masyarakat.



Lantas bagaimana sebenarnya ritual berziarah atau ngalap berkah di gunung Kawi ini?
“Ritual ngalap berkah yang sesungguhnya biasanya dilakukan pada waktu malam hari sekitar pukul 21.00 ke atas,” imbuh Sukiman.



Di siang hari atau sore hari sebenarnya banyak juga pengunjung yang datang untuk berziarah ataupun ngalap berkah. Namun bagi yang percaya tentang tuah gaib dari makam keramat di sini, memilih waktu di malam hari. Dipercaya saat malam hari, keinginan pengunjung lebih banyak dikabulkan daripada siang ataupun sore hari. Pengunjung di siang ataupun sore hari biasanya berasal dari jauh, atau belum mengenal kebiasaan di gunung Kawi dengan baik.



Setiap hari, terutama di malam hari puluhan pengunjung selalu datang silih berganti. Bahkan di malam Senin Pahing dan Jumat Legi bisa mencapai ratusan. Di bulan Suro, konon jumlah pengunjung bisa mencapai ribuan per harinya. Sehingga lokasi parkir pengunjung dibangun atau ditambah hingga di desa paling bawah dari gunung Kawi.



“Ritual ngalap berkah bisa dilakukan pengunjung setelah kelambu penutup makam keramat dibuka oleh ketua dari juru kunci gunung Kawi,” terangnya.
Namun sebelumnya, petugas makam dan juru kunci mengadakan ritual pembuka terlebih dahulu. Ritual itu mereka lakukan terpisah dengan ritual dari para pengunjung. Ketua juru kunci biasanya akan dijemput sekitar pukul 21.00 malam.



Sebelum jam tersebut para cantrik atau anggota juru kunci yang biasanya menjemput akan tetap berada di kantor makam. Bahkan meskipun didesak atau dipaksa oleh pengunjung yang tidak sabar mereka tidak bergeming. Bahkan ketua juru kunci juga tidak bisa ditemui sekitar satu jam sebelum ritual dimulai. Konon, ia melakukan semedi satu jam sebelum ritual dimulai. Bagi pengunjung yang ingin menemui atau

berkonsultasi dengan ketua juru kunci bisa menunggu hingga ritual selesai. Biasanya ritual selesai sekitar pukul 01.00 dini hari.
Setelah ketua juru kunci dijemput oleh para cantrik, maka pintu ruangan utama makam mulai siap untuk dibuka. Selama menunggu sang ketua dijemput, para cantrik atau petugas lain menyiapkan perlengkapan ritual. Diantaranya membakar dupa dan menyiapkan sesajian lain. Dupa itu diletakkan di beberapa titik atau sudut ruangan makam. Paling banyak di sekitar pusara makam. Secara resmi pengunjung dilarang membawa apalagi menyalakan dupa sendiri di ruangan makam.



Pengunjung hanya boleh membawa bunga untuk ritual tabur bunga di makam.
“Bunga yang dibawa pengunjung juga tidak boleh sembarangan, hanya boleh dibeli di dalam komplek makam Gunung Kawi,” terang Sukiman panjang lebar tentang aturan bagi pengunjung di lokasi gunung Kawi.



Bunga-bunga itu memang didominasi oleh jenis mawar merah. Bunga dalam nampan besar biasa dijual Rp 5 ribu pada hari-hari biasa. Sedangkan nampan kecil dijual Rp 3 ribu. Pengunjung bisa membawa bunga sekaligus nampannya sampai ke pusara makam. Nanti setelah ritual selesai nampan itu bisa ditinggal ke juru kunci.
Selanjutnya nanti si juru kunci sendiri yang akan mengembalikan nampan-nampan bunga itu pada penjual bunga di komplek makam. Nampan-nampan itu tidak pernah tertukar, karena ada kode khusus di wadahnya masing-masing penjual. Setelah ketua juru kunci dijemput, mereka berjalan dan berbaris dalam posisi dua-dua. Paling depan adalah ketua juru kunci. Saat ini ketua juru kuncinya adalah pak Nanang (58). Dialah yang dipercaya juga menjadi ketua Yayasan Ngesti Gondo.



Yayasan inilah yang mengurus dan merawat segala hal yang berkaitan dengan komplek makam Gunung Kawi. Mereka berjalan berbaris tepat di depan tangga pintu utama ruangan makam. Di hari-hari biasa mereka hanya berjumlah 4 hingga 6 orang. Namun pada hari Selasa Pahing, Jumat Legi, ataupun bulan Suro bisa berjumlah hingga belasan orang. Masingmasing membawa wadah kecil berisi dupa yang sudah dibakar oleh petugas lain sebelumnya.



Setelah berhenti dan berdoa beberapa menit di depan tangga, ketua juru kunci membuka pintu. Kunci dan gembok pintu utama memang hanya bisa disimpan atau digunakan oleh ketua juru kunci. Sering pula kunci itu dipasrahkan atau diserahkan pada juru kunci atau cantrik lain, jika sang ketua kebetulan tidak bisa bertugas atau ada halangan.



Setelah pintu dibuka rombongan cantrik dan ketua juru kunci berjalan masuk. Para cantrik akan menunggu dan mengawasi di sekitar pintu masuk. Baik pintu dari samping atau pun pintu utama ruangan makam. Sementara ketua juru kunci akan masuk ke dalam ruangan pusara makam.
Ia masuk melalui pintu samping di dalam ruangan. Di ruangan yang masih tertutup kain kelambu itu, ketua juru kunci kabarnya melakukan semedi terakhirnya dulu.



“Sekitar pukul 22.00 malam biasanya kelambu mulai dibuka oleh ketua juru kunci,” paparnya.
Selama menunggu kelambu akan dibuka itulah, pengunjung boleh memasuki ruangan utama makam. Sebelumnya mereka mencuci kaki dari air gentong di samping ruangan. Air dari gentong ini dipercaya bisa membuat mereka awet muda dan selalu banyak rejeki. Mereka boleh duduk di depan kelambu. Posisi duduk mirip orang akan melakukan ibadah sholat. Ditata baris per baris per sof-nya.



Syarat bagi pengunjung yang akan masuk tidak boleh membawa kamera, kemenyan, dupa, dan pesawat HP harus dimatikan.
“Mereka hanya boleh membawa bunga serta berdoa di depan kelambu penutup pusara makam,” tuturnya.
Jadi selama kelambu belum dibuka, mereka hanya duduk-duduk dan berdoa. Mereka berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Sering kali terdengar pengunjung muslim melantunkan ayat-ayat Al-Quran.
Sementara pengunjung lain menimpali dengan menggumam doa dalam bahasa dan keyakinannya sendiri-sendiri. Cantrik yang lain mengawasi ketertiban pengunjung dari depan pintu-pintu ruangan.



Setelah kelambu resmi dibuka, maka pengunjung masuk ke ruangan depan pusara makam. Mereka dengan tertib maju sesuai barisannya masing-masing. Di ruangan itulah mereka kembali berdoa untuk yang terakhir kalinya dalam ritual ziarah sekaligus ngalap berkahnya. Setelah berdoa sekitar 5 hingga 15 menit mereka menaburkan bunga di pusara makam.



Setelah selesai tabur bunga, masing-masing pengunjung akan diberi semacam bingkisan oleh sang ketua juru kunci. Bentuk bingkisan itu adalah kain merah berhuruf cina yang berisikan dupa dan beberapa ubo rampe kecil. Bingkisan itu secara resmi hanyalah kenang-kenangan dari pengelola makam. Namun banyak yang mengartikan bahwa bingkisan itulah letaknya tuah gaib yang berguna bagi pengunjung.
“Bagi yang percaya dengan tuah gaib itu, mereka akan menyimpan bingkisan itu dalam rumahnya masing-masing, atau menyimpan di ruangan yang mereka anggap akan memberikan tuah berkahnya,” lanjut Sukiman.



Biasanya banyak yang menyimpan dalam toko, kantor, mobil, gudang, rumah, atau bahkan di dalam tas sehari-hari mereka. Mereka percaya bahwa bingkisan dari si juru kunci sudah mengandung tuah gaib yang sangat ampuh. Sehingga bisa difungsikan untuk meraih keberuntungan seperti yang mereka harapkan saat berziarah dan berdoa ngalap berkah di makam gunung Kawi. Paling banyak memang difungsikan untuk berkah gaib kekayaan atau rejeki.

Jadi bisanya sering mereka taruh dalam toko, kantor atau ruangan usaha mereka masing-masing. Setelah mereka menerima bingkisan itu, mereka dimohon segera berjalan keluar lewat pintu samping yang telah disediakan. Di ruangan itu memang ada petunjuk papan nama untuk jalur keluar.



“Setelah mereka keluar, posisi mereka akan segera digantikan oleh barisan pengunjung yang mengantri di belakangnya,” urai lelaki yang lahir dan sejak kecil sudah hidup di dalam komplek makam gunung Kawi ini hingga sekarang.



Pengunjung di gunung Kawi tidak hanya percaya dengan tuah gaib dari kedua pusara makam keramat di ruangan utama. Mereka juga berusaha mencari tuah gaib berkah lain dari komplek makam.
Diantaranya ada sebuah pohon Dewandaru yang sangat dikenal tuah gaibnya. Yang unik dari pohon ini adalah, baik daun dan buahnya dipercaya mempunyai tuah gaib yang sangat ampuh. Tuah gaib itu bisa digunakan secara langsung dalam ajian penglaris usaha.



“Baik daun atau buahnya bisa langsung digunakan untuk menyedot rejeki atau menglariskan usaha bagi siapapun yang memiliki,” terang Gus Ramli (50), seorang spiritualis asal Sumenep, Madura, Jawa Timur pada Misteri. Pria yang sering berkunjung ke gunung Kawi ini mengatakan bahwa tuah dari daun atau buah Dewandaru itu memang sudah banyak yang membuktikan. Bahkan tuah itu tidak perlu memakai ritual, doa, ataupun syarat-syarat khusus lainnya.



Pengunjung hanya cukup memiliki buah atau daun  Dewandaru tersebut. Dan menyimpannya
dimanapun mereka suka. Biasanya mereka memang banyak menyimpan di dalam dompet ataupun tempat kasir usaha mereka. Sering pula orang menyimpannya dengan membungkus daun itu dengan uang kertas, setelah itu uang kertas disimpan dalam dompet atau tempat usaha.



Meskipun demikian ada syarat unik agar daun atau buah dari pohon dewandaru tersebut mengandung tuah gaib. Yaitu daun atau buah tidak boleh dipetik, atau dengan sengaja menggoyang-goyang pohon agar daun atau buah berguguran di bawah. Siapa pun yang menginginkan tuah daun atau buah Dewandaru harus menunggu agar daun atau buah itu jatuh sendiri.



“Saat jatuh sendiri atau jatuh secara alamiah itulah mereka baru boleh mengambilnya untuk tuah atau ajimat gaib penglarisan,” ujar lelaki yang dikenal mempunyai ratusan santri di Madura dan Malang ini.
Mengapa harus menunggu daun atau buah jatuh sendiri?
Menurut Gus Ramli, saat daun atau buah Dewandaru jatuh sendiri tersebut sebenarnya bukan benar-benar jatuh sendiri, atau jatuh karena keinginan alamiah pohon.
Melainkan dipercaya memang merupakan keinginan dari roh gaib dari tokoh makam keramat di Gunung

Kawi. Jadi saat daun dan buah jatuh sendiri, daun itulah yang sebenarnya sengaja
dirontokkan atau dilemparkan oleh roh gaib dari makam keramat yang diziarahi.
Tidak setiap waktu daun dan buah bisa gugur atau rontok sendiri.



Hanya pada waktuwaktu tertentu saja bisa rontok. Hanya orang-orang atau pengunjung yang beruntung saja bisa mendapatkannya. Namun bagi yang tekun menanti kejatuhan atau rontoknya daun bisa pula mendapatkannya. Tak heran setiap musim berziarah tiba, selalu banyak kerumunan pengunjung yang duduk, dan berdoa mengelilingi pohon Dewandaru itu.
“Mereka berharap agar bisa menemukan keberuntungan melihat daun jatuh dan segera mengambilnya. Bahkan sukur-sukur daun atau buah itu jatuh tepat mengenai kepala mereka,” ujarnya. Daun atau buah yang jatuh tepat mengenai kepala pengunjung itu, biasanya dianggap berkah yang paling ampuh bagi pemilik kepala.



Keampuhan tuah gaibnya dianggap berlipat-lipat dibanding dengan menunggu daun atau buah jatuh di atas tanah untuk kemudian baru mengambilnya. Bahkan daun dan buah yang jatuh tepat mengenai kepala tak perlu diambil atau disimpan, namun dipercaya tuah gaibnya sudah merasuk dalam diri orang yang beruntung dijatuhinya.

Bisa diumpamakan, atau perbandingan keampuhan gaib antara yang jatuh ke tanah dan yang jatuh menimpa kepala bersangkutan. Jika daun atau buah yang jatuh sendiri ke tanah dan diambil bisa
mendatangkan penglarisan puluhan juta atau ratusan juta dalam waktu beberapa minggu atau bulan. Namun jika buah atau daun itu menimpa kepala, maka hanya dalam hitungan hari bahkan beberapa jam saja, tuah gaib rejeki itu sudah efektif berjalan.



“Pernah ada pengunjung yang kejatuhan buah saat baru datang di lokasi, padahal ia sendiri belum berniat untuk melakukan ritual ngalap berkah. Eh tiga jam setelah pulang ke rumah, tiba-tiba ia mendapat keberuntungan sebesar milyaran rupiah begitu saja. Orang tersebut mendadak saja mendapat tawaran dana gratis sebesar Rp 3 milyar dari orang yang belum ia kenal sebelumnya,” ceritanya menceritakan  pengalaman seorang pengunjung yang sangat dikenalnya.



Yang juga sangat aneh, pohon Dewandaru yang dianggap bertuah itu hanya ada satu jenisnya. Yaitu yang berada di luar, atau tepat di samping ruangan utama makam. Atau kalau dari tangga utama masuk kompleks langsung menyambut pengunjung di teras atau halaman paling atas. Banyak pengunjung yang biasanya langsung mencari keberuntungan di pohon ini sebelum berdoa di pusara makam.



Pohon itu konon dari dulu hingga sekarang tingginya sekitar 3 hingga 4 meteran. Bahkan sebelum lokasi makam dipugar, keberadaan pohon itu sudah ada di antara pohon lain, sehingga dianggap
paling tua. Saat ditemukan memang hanya ada satu pohon tersebut. Kini batangnya seperti merumpun dan menyatu. Sedangkan daunnya tidak begitu rimbun, namun juga tidak begitu jarang. Agar tidak sering diganggu pengunjung, terutama anak kecil, pohon diberi pagar persegi panjang yang tingginya melebihi postur orang dewasa.



Bahkan di pagar pohon itu diberi larangan bagi pengunjung untuk tidak memetik atau menggoyang pohon. Tak hanya larangan memetik daun, larangan lain seperti menyalakan dupa, memotret, membuat gaduh juga dilarang keras. Dulu sebelum diberi pagar memang banyak pengunjung yang sengaja memetik dan menggoyang-goyang agar bisa mengambil daun yang gugur. Namun mereka kecele, saat daun yang mereka dapatkan ternyata tidak bertuah sama sekali.



Kini setiap harinya lantai atau tanah di bawah pohon itu terlihat selalu bersih.
“Mungkin karena semua pengunjung yang datang selalu memungut daun atau buah yang jatuh,” timpal lelaki yang juga kerap dipanggil om Lili ini.
Padahal di halaman lain, atau di teras yang sama, masih ada beberapa pohon Dewandaru yang lain. Hanya saja pohonpohon lain itu tidak dianggap mempunyai tuah, meskipun ukurannya jauh lebih besar. Ini karena pohon-pohon itu dulunya masih kecil dan tumbuh normal menjadi pohon besar-besar hingga sekarang. Jadi tidak dianggap istimewa oleh pengunjung.
“Sedangkan pohon Dewandaru yang bertuah itu dari sejak awal ditemukan hingga sekarang kondisi dan ukuran fisiknya sudah seperti itu, tidak lebih dan tidak kurang,” katanya lagi.



Ada juga beberapa pohon yang ukurannya jauh lebih kecil daripada yang di dalam pagar itu, namun juga tidak dianggap istimewa. Karena tidak dianggap istimewa maka pohon yang lain sebagian besar tidak diberi pagar karena tidak pernah diganggu pengunjung. Lantas mengapa pohon Dewandaru yang diberi pagar itu bisa istimewa dan mempunyai kekuatan gaib untuk penglaris atau rejeki?



Dari cerita legenda yang dipercaya masyarakat gunung Kawi dan sekitarnya, pohon itu dulunya bukanlah pohon sembarangan. Pohon itu dulu merupakan sebuah tongkat yang sengaja ditancapkan oleh tokoh Kyai Zakaria. Tongkat itu ia tancapkan untuk menandai wilayah gunung Kawi sebagai daerah aman atau bebas dari gangguan siapapun. Baik dari gangguan orang-orang jahat ataupun makluk-makluk halus jahat yang sering mengganggu masyarakat gunung Kawi di kala itu.



Dari cerita itulah, hingga sekarang orang hanya percaya pada satu pohon Dewandaru itu saja. Sedangkan pohon lain dianggap merupakan bibit atau tumbuh baru. Karena yang dulu menancapkan tongkat adalah tokoh sakti dari bangsawan Mataram, maka sampai kini pohon itu juga dianggap mempunyai tuah sakti. Dan nyatanya setiap hari pengunjung selalu memburu tuah saktinya untuk penglarisan dan rejeki, baik
dari daun atau buahnya yang berguguran.

Di sekitar makam Gunung Kawi memang dikenal sebagai gudangnya pusaka-pusaka
gaib, serta makluk-makluk halus yang bersemayan di pohon-pohon atau di sudutsudut halaman makam. Makluk-makluk halus itu, kabarnya bisa diajak kerja sama untuk lebih memperkuat ilmu kesaktian.
Bahkan bagi yang bisa melobinya, bisa mengajak kerja sama untuk memburu pusaka-pusaka gaib di lokasi. Pusakapusaka yang paling banyak dicari adalah yang berwujud keris dan tombak.

Akan halnya cerita tentang surganya tuyul pesugihan di gunung Kawi sendiri memang dibantah oleh semua pengurus atau juru kunci makam. Namun sebenarnya cerita itu memang bukan mitos belaka.

Hanya saja pesugihan tuyul seperti yang dipercaya orang-orang letaknya bukanlah di dalam kompleks makam keramat gunung Kawi.



“Jika ingin mencari pesugihan dalam bentuk apa saja, termasuk tuyul bisa mencari di perkampungan sekitar 5 kilometer di atas komplek makam keramat gunung Kawi,” tutur Gus Ramli lagi.
Beberapa perkampungan yang masih satu kecamatan di sekitar makam gunung Kawi memang menawarkan layanan aneka pesugihan. Pesugihan itu tidak berpusat di makam keramat, punden, pohon, ataupun sendang keramat. Namun hanya dikelola oleh beberapa warga yang menjadikan
rumahnya sendiri sebagai tempat menjual pesugihan.



“Mulai pesugihan babi ngepet, tuyul, kera, buto ijo, dan lain-lain banyak disediakan oleh orang-orang di kampung atas komplek resmi gunung Kawi,” jelasnya.
Sehingga seringkali banyak orang yang tidak pengalaman, atau datang dari wilayah jauh tersesat masuk ke perkampungan pesugihan tersebut. Atau banyak juga yang memang dengan sengaja hendak mencari pesugihan itu. Masing-masing rumah yang menyediakan jasa pesugihan tidak memasang tanda khusus di pintu rumahnya.

“Namun banyak broker atau pemandu yang berkeliaran di jalan untuk menyambut pendatang yang terlihat ingin mencari pesugihan itu,” jelasnya.
Atau bagi pengunjung yang sudah terbiasa atau membawa pemandu sendiri dari rumah bisa langsung mendatangi rumah yang menyediakan pesugihan itu.
Jasa yang menawarkan pesugihan ini mulai marak sejak makam gunung Kawi dikenal sebagai tempat ngalap berkah. Mereka menjaring pengunjung yang benar-benar ingin kaya secara cepat lewat kerja pesugihan. Tentu saja pesugihan yang ditawarkan memang bersifat cepat, instant namun memakan tumbal nyawa.

“Bahkan saya pernah mengantar rekan yang dulu ingin mengadu nasib lewat pesugihan ala tumbal nyawa itu,” ceritanya mengenang.
Saat ia mengantar teman itu, ada sebuah rumah yang dituju berdasar referensi dari teman yang lain. Saat mengetuk pintu rumah, akan ada sahutan dari dalam berupa pertanyaan lantang. Bunyinya kira-kira, “Apakah anda kafir atau muslim?”

Jika tamu yang mengetuk menjawab kafir, tuan rumah biasanya akan langsung mempersilakan tamu untuk masuk. Namun jika dijawab muslim, tuan rumah akan segera menyuruh tamunya pulang. Jadi ada kepercayaan, bahwa ilmu pesugihan itu hanya berlaku untuk orang-orang selain muslim.

Dengan kata lain ilmu pesugihan akan langsung menguap dengan sendirinya jika bersentuhan atau bersinggungan dengan ritual agama muslim. Misalnya sholat, mengaji, puasa muslim, ucapan syahadat, dan lain-lain.
Sebenarnya apapun agamanya, termasuk jika kebetulan tamu itu seorang muslim, namun jika dijawab kafir, tamu tetap akan dipersilakan masuk. Setelah masuk, tamu akan ditutup kedua matanya oleh pemilik rumah. Kemudian tamu akan dibawa ke sebuah kolam. Setelah matanya dibuka, tamu akan diberi sebuah parang atau pedang yang sangat tajam.
Tamu akan ditunjukkan bahwa di kolam itu ada seorang anak kecil. Anak kecil itu biasanya merupakan perwujudan dari kerabat, family, atau anak dari tamu yang bersangkutan. Jadi wajah anak kecil itu memang sama dengan kerabat atau anak di rumahnya yang tidak diajak. Selanjutnya tamu akan disuruh tuan rumah memenggal atau menebas kepala anak kecil yang berada di kolam di hadapannya.

“Jika si tamu mau menebas kepala anak itu, berarti ia sudah menyatakan setuju dengan kontrak perjanjian pesugihan nantinya.

Dengan kata lain jika tuah pesugihan nanti sudah berjalan, maka sewaktu-waktu nyawa anaknya diambil oleh gaib pesugihan, maka si pemilik harus rela, alias tidak bisa menghindar lagi,” ulasnya.
Jika ia setuju, maka ritual pesugihan segera dilakukan. Mulai pesugihan babi ngepet, tuyul, kera, atau yang ditawarkan oleh pemilik rumah. Namun jika saat disuruh memenggal kepala si bocah dalam kolam tamu akan menolak, maka kontrak dianggap batal. Dan si tamu disuruh pulang oleh pemilik rumah.
Saat keluar pun matanya juga ditutup lagi oleh pemilik hingga halaman rumah baru boleh dibuka. Namun jika ia setuju dengan kontrak pesugihan, maka matanya tak perlu ditutup lagi saat keluar rumah untuk pulang. Berdasar pengalaman beberapa pelaku pesugihan banyak perkampungan di atas makam gunung Kawi yang masih mempraktekkan bisnis pesugihan itu.
“Malah mekanisme serta kontrak perjanjian gaibnya juga lain-lain antara rumah yang satu dengan rumah yang lain.

Namun intinya, bagi siapapun, dan apapun bentuk pesugihannya tetap akan meminta tumbal nyawa sebagai syarat wajib ilmu pesugihan itu. Jadi bagi pengunjung harap berhati-hati, jangan sampai tersesat masuk ke perkampungan itu,” ujarnya sembari memberikan nasehat.